Dalam rangka hari kartini kemarin, kopma unand membuka kesempatan kepada Kopma Family dalam mengekspresikan dirinya dalam bentuk karya seni tulisan, gambar, puisi ataupun dalam bentuk lainnya seperti kata-kata mutiara. karya karya tersebut dipasang di Mading Kopma Unand.
diharapkan untuk kedepannya semakin banyak dari teman-teman kopma family yang ikut dan berpartisipasi dalam segala kegiatan
berikut ialah karya dari beberapa kopma family yang berpartisipasi :
Untuk Perempuan
abdul rahman
#pacah_manih
cinta yang tulus untukmu perempuan
dirimu yang tangguh meski sudah rentan
selalu tersenyum dengan keadaan
walau susah, kau semangati dengan
harapan
kau menari dengan cobaan
seolah olah tak ada yang bisa menghentikan
langkah goyahmu untuk memberikan kasih
sayang
cinta yang tulus untukmu perempuan
dirimu kekuatan
dirimu kehidupan
dirimu yang selalu aku sayang
selalu sehat menjadi perempuan
kebanggaan
tulus cinta untukmu perempuan.....
Raden
Ajeng Kartini
Siapa yang tidak mengenal Raden Ajeng Kartini atau yang
sering di sebut R.A Kartini? Seorang wanita tangguh nan gigih yang dapat
memperjuangkan dan mempertahankan kedudukan wanita. Beliau memberantas
kebodohan dan memasuka kaumnya, membuat derajat wanita setara dengan kaum
laki-laki.
Beliau sangat berani dalam mengambil keputusan. Seorang
wanita yang lahir di tanggal 21 April 1879 di Kota Jepara ini lahir di
tengah-tengah keluarga bangsawan. Namun, beliau tidak pernah menutup mata, hati,
dan telinganya untuk hal-hal yang terjadi di sekitarnya.
Itulah Pahlawan Nasional kita Ibu Kartini yang lahir di
antara 2 orang saudaranya dan beliau sendiri anak kelima dari 2 bersaudara yang
merupakan perempuan tertua dari 2 bersaudara itu. Ayahnya yang bernama R.M
Sosroningrat yaitu seorang bupati Jepara saat Kartini dilahirkan menyekolahkan
R.A Kartini kecil di ELS (Europose
Legere School) tempat Kartini belajar Bahasa Belanda. Beliau belajar di sana
hingga berumur 12 tahun.
Dahulu, anak perempuan selalu dipingit atau diharuskan
berada di rumah sepanjang hari, namun itu tidak menyurutkan semangat beliau
untuk belajar dan menuntut ilmu pengetahuan, di rumahnya beliau sangat aktif
melakukan korespodensi atau surat menyurat dengan temannya yang berada di
Belanda. Itu membuat beliau menjadi sangat fasih berbahasa Belanda.
Dari surat menyurat tersebutlah Ibu Kartini merasa
tertarik dengan pola pikir wanita Eropa dan membuat beliau berusaha untuk
memajukan perempuan pribumi yang menurutnya saat itu masih tertinggal jauh atau
memiliki status social yang cukup rendah kala itu.
R.A Kartini banyak membaca surat kabar atau
masalah-masalah kebudayaan Eropa yang menjadi langganannya adalah masalah atau
surat kabar berbahasa Belanda. Sudah banyak yang ia baca sehingga
ketertarikannya dalam membaca membuat beliau memiliki pengetahuan yang cukup
luas soal Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan, dan membuat R.A Kartini memberi
perhatian khusus pada masalah emansipasi wanita, beliau membandingkan wanita
pribumi dengan wanita Eropa.
Dan menurut beliau seorang wanita juga harus memperoleh
persamaan kebebasan, otonomi serta kesetaraan hukum. Surat-surat yang beliau
tulis lebih banyak tentang keluhan-keluhannya terhadap wanita-wanita pribumi
yang selalu dipingit, tidak dapat kebebasan, sehingga membuatnya berpikir untuk
memperjuangkan emansipasi wanita, pikiran beliau di dukung oleh sahabatnya
orang Belanda tersebut.
Menurut Sejarah saat Kartini hendak menjadi guru ataupun
melanjutkan sekolahnya, Ayah beliau melarangnya saat itu, walaupun beliau
mendapat beasiswa, akhirnya beliau dinikahkan. Beliau menikah dengan K.R.M
Adipati Arto Singgih Djojo Adhiningrat dan melahirkan anaknya pertama yang
bernama Soesalit Djojoadhiningrat pada tanggal 13 September 1904. Namun
beberapa hari ini setelah melahirkan anaknya beliau meninggal pada tanggal 17
September 1904 diusianya yang sangat muda, yaitu 24 tahun. Beliau dikebumikan
di Desa Bulu, Kabupaten Rembang.
Berkat perjuangannya itu berdirilah Sekolah wanita oleh
Yayasan Kartini di Semarang pada tahun 1912 yang meluas ke Surabaya,
Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, serta daerah lainnya. Sekolah tersebut
diberi nama “Sekolah Kartini” untuk menghormati jasa-jasanya.
Surat-surat yang pernah ditulis oleh R.A Kartini
dikumpulkan oleh seorang pria Belanda yang bernama J.H Abendanon yang kemudian
disusun menjadi sebuah buku yang awalnya berjudul “Door Duisternis Tot Licht”
yang kemudian diterjemahkan dengan Judul Dari Kegelapan Menuju Cahaya yang
terbit pada tahun 1911. Tulisan-tulisan R.A Kartini membuat tokoh-tokohnya
Indonesia kala itu mendapat inspirasi seperti W.R Supratman yang kemudian
membuat lagu yang berjudul “Ibu Kita Kartini”.
Lalu, apakah kita sebagai wanita penerus saat ini masih
boleh berpikiran bahwa wanita itu tidak bersekolah tidak masalah, karena pada
akhirnya akan ditempatkan di dapur?
Sungguh, itu pemikiran yang salah, sebagai
wanita haruslah terlebih dahulu menghormati Jasa-jasa Ibu Kartini, karena dia
wanita pribumi ini bisa mendapat kebebasan dan dapat menuntut ilmu.
Oleh sebab itu, mulai sekarang ubahlah pola piker, terus
maju untuk yang terbaik dan lanjutkan perjuangan dari Pahlawan Nasional kita
Ibu R.A Kartini. Semangat perempuan-perempuan Indonesia!!! Salam untuk semua
perempuan hebat dan tangguh.
Created
By
A.H.P
Komentar
Posting Komentar